Bambang Pamungkas, Panutan Berjiwa Sosial



Ketajaman dalam mencetak gol selalu ditakui lawan, pribadi yang menjunjung tinggi sportivitas membuatnya sangat dihormati kawan maupun lawan, family man yang sangat mencintai keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk istri dan anak-anaknya, membuat Bambang Pamungkus (Bepe) patut menjadi contoh bagi siapapun.

Bepe pantas menjadi anutan dan inspirasi bagi anak Indonesia. Tumbuh di Getas, daerah di pinggir kota Salatiga, sejak usia 8 tahun Bepe merajut mimpi untuk menjadi pemain sepak bola meski cita-cita aslinya hingga saat ini adalah menjadi guru. Semasa SMP, Bepe pun sudah mendisplinkan diri. Seminggu tiga kali selama tiga tahun dari kelas 1 hingga kelas 3, BP berangkat sekolah jam 5.30 pagi dan setelah sekolah pergi ke Ungaran, sekitar 1 jam dari Salatiga, untuk berlatih sepak bola dan sampai di rumah biasanya jam 8 malam.

Bukan hanya itu, jiwa sosial yang tinggi di diri Bepe untuk membantu sesama merupakan sisi lain yang ada di diri pemain kelahiran 10 Juni 1980 di Salatiga ini. Bersama teman-temannya, pemain Persija yang pernah sukses bersama Selangor FA, Malaysia ini membuat yayasan yang bergerak membantu sekolah dasar atau taman bermain yang kurang mampu.

Kepada Syair Untuk Sahabat Foundation, Bepe juga pernah menyumbang kaos yang dipakai saat mencetak gol untuk Indonesia ke gawang Myanmar di Piala AFF 2008. Kaos itu dilelang sewaktu In The Name of Love, konser Amal yang diselenggarakan SUSF di Hard Rock Cafe Jakarta, 18 April 2010, dan hasilnya disumbangkan untuk kegiatan kampanye kepdulian terhadap HIV dan AIDS. Bepe sendiri kini merupakan duta Indonesia dalam Lace up save lives, program untuk memerangi HIV dan AIDS di Afrika yang diselenggarakan oleh Nike.

Bagaimana pandangan-pandangan Bepe menyangkut cerita masa kecil, karier, keluarga, dan kehidupan sosialnya? Berikut petikan wawancaranya dengan syair.org:

Syair.org: Mohon ceritakan perjalanan hidup semasa kecil terutama yg berhubungan dengan dunia sepak bola.
Bambang Pamungkas (Bepe): Sejujurnya saya menjadi pemain sepakbola lebih karena keterpaksaan. Saat saya kecil, ayah saya adalah pelatih sepak bola di perusahaan tempat ayah bekerja dan ketiga kakak laki-laki saya juga bermain di klub tersebut. Sehingga mau tidak mau, setiap sore saya harus ikut mereka ke lapangan sepak bola. Hal itu membuat saya sedikit demi sedikit mulai mengenal sepak bola hingga berkembang menjadi sebuah ketertarikan untuk menekuninya. Saya sendiri mulai serius belajar bermain sepak bola dengan baik dan benar saat usia 8 tahun..


Syair: Semasa kecil apakah sempat terpikir bisa menjadi pemain bintang seperti sekarang?
Bepe: Hahaha, sama sekali tidak.. Cita-cita saya sejak kecil hanya ingin menjadi seorang guru dan cita-cita itu masih ada sampai saat ini..


Syair: Apa kesulitan atau kendala semasa kecil dalam mewujudkan keinginan untuk menjadi pemain sepak bola?
Bepe: Kesulitan terbesar adalah meyakinkan kedua orang tua agar memberi restu kepada saya untuk menjadi pemain sepak bola, terutama ibu saya. Sebagai keluarga yg biasa-biasa saja, mereka ingin saya besekolah dengan tekun dan menjadi pegawai negeri. Itu saja…


Syair: Siapa yg memberi inspirasi BP untuk menjadi pemain sepak bola?
Bepe: Kurniawan Dwi Julianto


Syair: Bisa dijelaskan kenapa?
Bepe: Saat itu antara tahun 1994-1995, saya rasa semua orang mengenal siapa Kurniawan, yang ketika itu memperkuat tim nasional Primavera. Kebetulan Kurniawan adalah lulusan Diklat Salatiga, yang notabene tempat dimana saya berasal. Jka seorang Kurniawan bisa dan mampu menjadi pemain sukses, mengapa saya tidak? Dan sejak itulah saya menetapkan diri untuk menjadi pemain sepak bola. Setiap orang pasti mempunyai idola dan saya tidak akan pernah malu untuk mengatakan bahwa Kurniawan adalah idola saya.


Syair: Bepe sangat menyukai Inter Milan, kenapa?
Bepe: Ini sedikit lucu. Saya menyukai Inter Milan karena warna jersey-nya terlihat bagus di mata saya. Saya penyuka warna biru, sama seperti alasan saya menyukai timnas Argentina hahaha…


Syair: Kalau klub dan pemain di Indonesia yg di sukai semasa kecil siapa?
Bepe: Bambang Kecil adalah pendukung Pelita Jaya, alasannya karena di sana ada pemain idola saya, Kurniawan Dwi Julianto. Jika ditanya untuk saat ini, jelas saya adalah pendukung Persija Jakarta hehehe..


Syair: Apa komentar atau tanggapan orang tua ketika Bepe memilih untuk menjadi pemain sepak bola?
Bepe: Saya dibesarkan oleh orang tua yang selalu memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya untuk memilih dan menentukan sikap selama mereka dapat mempertanggung jawabkan pilihannya tersebut. Orang tua saya hanya memberika wejangan dan mengingatkan jika ada sesuatu yang salah serta keluar jalur.  Kepercayaan besar tersebut membuat saya merasa bertanggung jawab secara moral untuk mampu menjawabnya dengan keberhasilan.


Syair: Siapa yang paling berpengaruh pada karier Bepe?
Bepe: Sebelum saya menikah, tentu kedua orang tua saya. Karena merekalah yang meletakkan pondasi dasar saya sebagai seorang pribadi. Setelah menikah, maka istri dan ketiga putri saya masuk ke dalam orang-orang yang sangat berpengaruh bagi karier saya. Karena sejatinya, apa yang saya lakukan selama ini hanyalah untuk mereka, orang-orang yg saya cintai.


Syair: Ketika kecil bagaimana membagi waktu antara sekolah, latihan sepak bola bola, serta bermain?
Bepe: Dulu saya bersekolah di Salatiga yang jaraknya sekitar 20 menit dari kampung saya di Getas, sedangkan SSB (Sekolah Sepakbola) saya berada di Ungaran, sekitar 1 jam dari Salatiga. Jadi, biasanya di hari latihan, saya berangkat sekolah jam 5.30 pagi, sekalian membawa pakaian untuk berlatih di sore harinya sehingga setelah pulang sekolah, saya dapat langsung berangkat ke Ungaran untuk berlatih tanpa harus pulang ke rumah lagi. Hal itu untuk mempersingkat waktu dan biaya tentunya. Saya baru sampai di rumah lagi biasanya jam 8 malam. Itu saya lakukan 3 kali dalam seminggu, saat saya duduk di kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMP.


Syair: Apakah pernah bosan atau jenuh menjadi pemain sepak bola?
Bepe: Dalam profesi apapun, saya yakin rasa bosan pasti sesuatu saat datang menghampiri. Begitu pula saya sebagai pemain sepak bola. Cara saya menghindari kejenuhan mungkin sedikit aneh. Sebagai pemain sepak bola, saya tidak suka menonton pertandingan sepak bola apapun, kecuali Inter Milan. Di saat-saat senggang, saya berusaha untuk sebisa mungkin menghindari semua kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola. Saya lebih suka menghabiskan waktu bersama istri dan ketiga putri saya.


Syair: Bagaimana pula mengatur waktu untuk keluarga?
Bepe: Setiap kali tidak ada jadwal ke luar kota bersama Persija maupun timnas, saya selalu berusaha menghabiskan waktu bersama keluarga. Saya lebih suka mengikuti jadwal keseharian anak-anak saya seperti mengantar jemput mereka sekolah, les, bermain, berenang, dsb., daripada mengajak mereka mengikuti kegiatan atau keinginan saya. Dengan demikian saya dapat mengikuti kegiatan mereka sehari-hari setelah banyak waktu yang saya lewatkan.


Syair: Bepe termasuk pemain anutan karena bersih, tidak pernah bermasalah, dan jarang diganjar kartu oleh wasit. Apa kuncinya?
Bepe: Prinsip saya dalam bermain sepak bola adalah "hormati siapapun lawanmu, tetapi jangan pernah takut kepada siapapun". Saya selalu berusaha menghormati siapapun lawan karena pada hakekatnya sepak bola tidak lebih dari sekedar olahraga, dimana sepak bola dimainkan secara sportif untuk menjalin persahabatan.
Lagipula dengan bermain sopan dan saling menghargai, kita dapat memberikan contoh kepada para supporter. Berbeda bendera bukan berarti tidak bisa bersahabat Mengingat kerusuhan supporter di Indonesia yang sudah sedemikian parah. Sejujurnya para pelaku sepak bola khususnya pemain dapat berperan besar untuk memberi contoh-contoh prilaku yg baik. Lagi pula secara pribadi, saya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan contoh yang baik kepada generasi pemain sebak bola di bawah saya.


Syair: Setelah sukses menjadi pemain sepakbola, apa impian yg belum terwujud dan masih ingin di wujudkan?
Bepe: Saya adalah pribadi yang tidak pernah berhenti untuk bermimpi. Salah satu impian terbesar saya di dunia sepak bola adalah berpartisipasi dalam event Piala Dunia, sebagai apapun. Mungkin sebagai pemain, impian itu sangat berat, walau pun bukan hal yg mustahil. Akan tetapi, sebagai pelatih, assisten pelatih, manager, jurnalis, atau wasit kesempatan saya masih sangat terbuka lebar. Setelah di Piala Dunia 2010 lalu, saya sempat menyaksikan langsung di Afrika Selatan sebagai penonton. Saya berharap suatu saat nanti, saya hadir sebagai peserta, syukur-syukur menjadi pelatih untuk tim nasional Indonesia hehehe.. Bukankah kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa yang akan dating?


Syair: Jiwa sosial dan kepedulian Bepe terhadap sesama termasuk tinggi. Apa pendapat BP tentang kehidupan sosial dan membantu orang lain? Punya pengalaman sosial?
Bepe: Sebagai public figure, kita diberikan kesempatan untuk memberikan dua dampak yang sangat bertolak belakang kepada masyarakat yaitu positif maupun negatif. Karena sebagai orang yang sedikit sebanyak dikenal orang, maka kita bagai diletakkan di atas microscope,dimana semua hal yang berkaitan dengan diri kita akan dinilai oleh masyarakat. Saya selalu ingat sebuah kalimat yang berbunyi "sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya". Saya hanya berusaha untuk membuat diri saya bermanfaat bagi orang lain, walaupun dalam skala yang sangat kecil. Suatu saat, saya pernah diajak oleh seorang sahabat, untuk berkunjung ke Rumah Sakit Kanker Dharmais guna memberikan support kepada anak-anak pengidap kanker. Seketika saya teringat kepada anak-anak saya yg notabene masih seumuran dengan mereka. Saat itu saya sempat meneteskan airmata. Sejak saat itu, saya bertekat untuk berusaha meluangkan sedikit waktu untuk hal-hal yang bersifat sosial..


Syair: Bepe pernah menyumbang kaos timnas ke Syair Untuk Sahabat Foundation untuk dilelang dan disumbangkan untuk kegiatan kampanye HIV dan AIDS. Apa komentarnya?
Bepe: Saya sangat berterima kasih karena diberi kesempatan untuk menyumbangkan sesuatu walaupun hanya dalam bentuk kecil. Kebetulan, saya juga menjadi salah satu duta Indonesia dalam Lace up save lives, sebuah kampanye untuk memerangi HIV dan AIDS di Afrika. Program ini sendiri digagas oleh perusahaan apparel olahraga yaitu Nike.


Syair: Bepe juga mempunyai yayasan utuk membantu anak-anak. Bisa diceritakan apa kegiatannya?
Bepe: Berawal dari obrolan ringan di website pribadi saya, kebetulan saya dan beberapa sahabat memiliki kesamaan ide dan niat baik. Yayasan ini bergerak untuk membantu sekolah-sekolah di tingkat dasar yg kurang mampu atau taman bermain. Hal ini sesuai dengan cita-cita saya yang ingin menjadi guru hehehe… Untuk sementara, kami mendapatkan pemasukan dari hasil penjualan baju yg seratus persen hasilnya untuk yayasan ini. Karena anggota kami yang masih bersifat sukarela, maka sampai saat ini kami belum berani menerima sumbangan dari pihak luar walau sudah lumayan banyak pihak yang mempunyai niat baik untuk membantu. Alhamdulillah kegiatan kami sudah berjalan dua tahun, meski kegiatannya belum begitu aktif mengingat sumber dana kami yang hanya berasal dari hasil penjualan baju yayasan. Insya Allah ke depan kami akan mencoba untuk lebih aktif lagi.


Syair: Jika tidak bermain sepak bola lagi, apa sudah mempunya rencana mau bagaimana?
Bepe: Sejujurnya sampai saat ini belum terpikir di benak saya ingin menjadi apa setelah pensiun nanti. Menjadi pelatih adalah salah satu obsesi saya. Di sisi lain, saya masih bercita-cita untuk menjadi guru, chef, atau malah penulis hehehe… Kita lihat saja nanti, saya masih belum tahu karena masih ingin terus bermain sepak bola, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.


Syair: Tulisan soal loyalitas di website ofisial Bepe sangat bagus, bisa diceritakan inti dari cerita tersebut?
Bepe: Hahaha… Iya tulisan itu memang sedikit sentimental. Inti dari apa yang saya sampaikan pada tulisan tersebut yaitu dalam hidup uang sangat penting, tetapi pada kenyataannya uang bukanlah segalanya. Kita tidak dapat memungkiri, jika ada hal-hal lain yang bernilai jauh lebih penting dari sekedar segepok uang yaitu rasa cinta dan kenyamanan hati. Kita mungkin dapat membohongi orang lain, akan tetapi kita tidak akan pernah berhasil membohongi diri sendiri..


Syair: Bersediakah untuk terus kampanye kepedulian terhadap HIV dan AIDS bersama Syair.org?
Bepe: Dengan senang hati. Saya akan sangat berterima kasih jika diberi kesempatan untuk turut berpartisipasi, tentunya dengan menyesuaikan waktu saya sebagai pemain sepak bola yg notabene adalah pekerjaan utama saya.

Tag : Interview
0 Komentar untuk "Bambang Pamungkas, Panutan Berjiwa Sosial"

Back To Top